Kamis, 25 November 2010

PERKEMBANGAN INDUSTRI KABEL DI INDONESIA

PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce (PT Sucaco)

Perusahaan ini berdiri pada 1970, awalnya perusahaan ini bernama  PT Supreme Cable Manufacturing Corporation. Pada 1996 Sucaco menjadi perusahaan publik dengan melepas saham melalui Bursa Efek Jakarta. Kemudian pada 1997 nama perusahaan berubah menjadi  PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce (Sucaco). Sucaco dikenal sebagai pionir pabrik kabel modern di Indonesia.

PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk pada tahun 2007 meraih  peningkatan penjualan yang signifikanyaitu  mencapai Rp. 2,3 triliun atau naik 53,85 persen dibanding penjualan tahun 2006 sebesar Rp. 1,5 triliun.

Sebagian dari total penjualan tersebut adalah hasil ekspor yang pada tahun 2007 nilainya mencapai Rp 537,6 miliar atau naik 413,45 persen dibanding total ekspor tahun 2006 yang hanya sebesar Rp 104,7 miliar. Ekspor tersebut sebagian besar adalah ke Timur Tengah.

Meskipun penjualan naik signifikan namun laba bersih hanya meningkat 4,97 persen dari Rp 51,6 miliar di tahun 2006 menjadi Rp 54,2 miliar di tahun 2007. Hal ini terutama disebabkan oleh semakin ketatnya persaingan di antara pabrik-pabrik kabel baik di pasar domestik maupun pasar internasional.

Sementara itu, sepanjang tahun 2008 PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk  hanya mampu meraih laba bersih Rp11,23 milyar per 31 Desember 2008. Dengan demikian laba perusahaan kabel ini merosot sekitar 79,3 persen ketimbang periode yang sama tahun 2007 sejumlah Rp54,21 milyar.

Kali ini penurunan kinerja sudah terlihat dari penjualan yang berkurang 6,8 persen menjadi Rp2.127,03 milyar dari Rp2.281,70 milyar, sementara beban pokoknya hanya menurun 4,6 persen sehingga membuat posisi laba kotor tergerus 27,9 persen menjadi Rp154,34 milyar dari Rp214,15 milyar.


Sumi Indo Kabel

PT Sumi Indo Kabel Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 23 Juli 1981, dengan nama PT Industri Kawat Indonesia. Perusahaan mengubah namanya menjadi PT IKI Indah Kabel Indonesia tahun  1982.

Pada rahun 2006 PT Sumi Indo Kabel Tbk. merupakan pabrik kabel yang telah go public dengan omzet penjualan yang terbesar diantara pabrik kabel lainnya. Namun pada tahun 2007 ketika penjualan pabrik kabel lainnya mengalami peningkatan yang pesat justru PT Sumi Indo Kabel menurun penjualannya.

Penurunan penjualan PT Sumi Indo Kabel Tbk (IKBI) pada 2007 sebesar 16,93% menjadi Rp1,590 miliar dari Rp1,914 miliar karena sejak awal tahun 2006 produsen kabel tersebut sudah tidak lagi menjual copper wire (kawat tembaga) dan copper rod (tembaga batangan) yang diproduksi oleh anak perusahaannya, PT Karya Sumiden Indonesia.

Penghentian penjualan itu dikarenakan profit marjin dari kedua produk tersebut lebih rendah dibandingkan bisnis penjualan kabel, sehingga selanjutnya produksi kawat tembaga dari PT Karya Sumiden digunakan sendiri untuk memproduksi kabel PT Sumi Indo Kabel.

Karena PT Sumi Indo Kabel sudah tidak menjual kedua produk tersebut, maka beban penjualan dan beban operasionalnya berkurang sehingga perseroan mampu meraih meningkatkan  laba operasional kendati pendapatan merosot.

Selain itu,  penurunan signifikan beban non-operasional dari Rp19,076 miliar menjadi Rp4,573 miliar turut menopang peningkatan tajam laba bersihnya sekitar 74,58% menjadi Rp77,467 miliar (Rp253 per saham) dari Rp44,374 miliar (Rp145 per saham).

PT Voksel Electric Tbk

Produsen dan distributor kabel listrik, PT Voksel Electric Tbk  pada laporan keuangan 2007 teracatat penjualan bersih meningkat sebesar 48% menjadi Rp 1.358,64 miliar dibanding  tahun 2006 lalu  sebesar Rp 919,53 miliar. Sementara, laba bersih perseroan juga meningkat sebesar 51 % menjadi Rp 53,7 miliar tahun 2007 dari Rp. 35,59 milyar tahun 2006.

PT Voksel Electric Tbk  pada  tahun  2008 menargetkan kenaikan penjualan tahun 2008 mencapai 46,3% menjadi Rp1,856 triliun. Hal ini mungkin dicapai karena sampai Juni 2008 penjualan telah mencapao Rp. 1.019,76 milyar

Peningkatan penjualan dan laba bersih tersebut disebabkan meningkatnya permintaan kabel listrik untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara 10 ribu megawatt (MW).  Menurut Pihak perusahaan, dalam proyek 10 ribu MW tersebut, market share PT Voksel Electric mencapai  30%,

Menurut informasi,  tahun 2008 PT Voksel telah mengantongi kontrak beberapa proyek. Sekitar Rp1,1 triliun berasal dari pembangunan jaringan listrik terkait pembangunan pembangkit 10 ribu MW. Dalam proyek tersebut, Voksel menjadi penyedia kabel tegangan tinggi. Sementara proyek lainnya yang masih dalam tahap negosiasi bernilai Rp600 miliar.

Untuk mendukung target penjualannya, Voksel juga meningkatkan kapasitas produksi kabel alumunium dari 800 ton per bulan menjadi 1.300 ton. Sedangkan kabel tegangan menengah dari 130 ton menjadi 180 ton dan fiber optik dari 100 ribu ton menjadi 120 ribu ton.

PT Jembo Cable Company Tbk 
 
Omset penjualan konsolidasi PT Jembo Cable Company Tbk. pada tahun 2007 lalu mengalami kenaikan sebesar 64,2% atau Rp 287,6 miliar dibandingkan tahun lalu, dari Rp 448 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 735,6 miliar pada tahun 2007. Angka penjualan tersebut merupakan hasil yang cukup baik karena hasil tersebut jauh melampaui target yang direncanakan yaitu sebesar Rp 496 miliar.
Untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007, laba bersih Perseroan mengalami peningkatan sebesar Rp 22,3 miliar, yaitu dari Rp 0,6 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 22,9 miliar pada tahun 2007.
Kenaikan penjualan terjadi pada Kabel Listrik Tegangan Rendah dengan konduktor tembaga  yang naik dari Rp 150 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 407 miliar pada tahun 2007. Kabel Listrik Tegangan Menengah naik dari Rp 91 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 121 miliar pada tahun 2007. Kabel Telepon Metalik naik dari Rp 39 miliar menjadi Rp 51 miliar. Penurunan terjadi pada penjualan Kabel Listrik Tegangan Rendah dengan konduktor aluminium yang turun dari Rp 140 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp 124 miliar pada tahun 2007. Dan penjualan Kabel Serat Optik mengalami penurunan dari Rp 20 miliar menjadi Rp 11 miliar.
Kabelindo Murni

Pada tahun 2007, PT Kabelindo Murni Tbk mengalami peningkatan penjualan yang  sangat tinggi. Penjualan Kabelindo pada 2007 melonjak 175% menjadi Rp 499,50 miliar dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 285,40 miliar. Lonjakan itu didominasi oleh tingginya permintaan kabel listrik maupun kabel telepon di pasar lokal. Penjualan kabel listrik di pasar lokal pada tahun 2007 mencapai Rp460,695 miliar dan kabel telepon Rp 36,72 miliar.

Peningkatan penjualan tersebut diikuti peningkatan laba bersih namun tidak setinggi penjualan. Laba bersih hanya tumbuh sekitar 20 % menjadi Rp12,60 miliar pada 2007.

Pertumbuhan laba bersih perseroan pada 2007 dikarenakan lonjakan penjualan yang diikuti dengan penurunan biaya operasional dan berkurangnya biaya non-operasional lainnya. Akan tetapi, biaya langsung masih tinggi karena peningkatan harga bahan baku kabel, seperti tembaga dan aluminium, pada tahun lalu.
Penjualan perusahaan pada 2008 masih meningkat namun tidak setinggi tahun 2007.  Sampai pertengahan tahun 2008, tercatat penjualan Kabelindo sudah mencapai Rp. 263 milya, tdak banyak meningkat dibanding perioda yang sama tahun sebelumnya.

KMI Wire and Kabel

PT GT Kabel Indonesia Tbk, yang sekarang berganti nama menjadi PT KMI Wire and Cable Tbk (KBLI), optimistis meraih target pertumbuhan pendapatan hingga Rp1,4 Triliun pada tahun 2008. Hal tersebut terkait dengan kontrak potensial sebesar Rp 961 miliar untuk pasar lokal dan ekspor, yang mereka dapatkan pada akhir semester I 2008.

Menurut laporan keuangan tahun 2008, PT KMI Wire and Cable Tbk berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 26,644 miliar selama tahun 2008 atau naik dibanding 2007. Peningkatan laba tersebut terdongkrak oleh meningkatnya penjualan bersih yang dibukukan sebesar Rp 1,731 triliun atau naik Rp 451,483 miliar dari penjualan 2007.

Menurut laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, pos beban usaha juga tercatat meningkat sebesar Rp 17,841 miliar hingga mencapai Rp 69,914 miliar dari sebelumnya Rp 52,073 miliar. Selain itu, selama 2008 perusahaan mengalami kerugian kurs sebesar Rp 17,311 miliar dibandingkan tahun 2007 yang hanya tercatat sebesar Rp 8,912 miliar.

Menurut PT KMI, komposisi potensial order yang kami peroleh adalah ekspor sebesar Rp255 miliar, sementara untuk lokal sebesar Rp706 miliar. Kontrak potensial yang diperoleh pada 30 Juni itu, mayoritas berasal dari PT PLN (persero) sebanyak Rp463 miliar, pasar ekspor Rp255 miliar, distributor Rp181 miliar, dan sisanya dari pasar bebas sebesar Rp62 miliar.

Selain kontrak potensial yang akan mereka kerjakan, KBLI juga sudah memperoleh kontrak on hand untuk penyediaan kabel per 30 Juni 2008. Adapun kontrak tersebut bernilai total Rp560,3 miliar. Di antaranya terdiri dari pasar lokal sebesar Rp275,1 miliar dan untuk ekspor sekira Rp282,2 miliar. Pasar ekspor utama PT KMI  ke wilayah Afrika, Timur Tengah, dan Australia.
Di samping itu, Perseroan juga melihat prospek pasar yang sangat baik dalam proyek pembangunan kelistrikan 10 ribu megawatt, yang sedang berjalan dan akan disusul dengan proyek 10 ribu megawatt kedua. Selain itu, pembangunan di sektor migas juga masih memberi peluang besar kepada perseroan.

Sementara itu, pada 2009, PT KMI  juga optimistis dapat membukukan laba bersih Rp 48 miliar dengan total pendapatan Rp1,5 triliun dari penjualan kabel listrik tembaga sebesar Rp949 miliar dan kabel listrik aluminium sebesar Rp472 miliar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar